Saat Anda ingin terjun ke dunia saham, maka penting untuk memahami pengertian floating profit. Pasalnya tentu bisa menjadi sebuah analisis tersendiri saat ingin mengambil keputusan mengenai penjualan aset. Oleh sebab itu, sangat penting mempelajarinya lebih lanjut.
Pengertian Floating Profit
Perlu Anda ketahui, bahwa floating profit merupakan keuntungan yang belum dapat terealisasikan. Umumnya hal ini juga dikenal dengan sebutan lain yakni unrealized gain. Lantas, bagaimana hal tersebut dapat terjadi? Tepatnya karena investor belum bisa ambil keputusan dalam menjual sebuah aset mereka.
Walaupun harga asetnya terbilang jauh lebih tinggi daripada saat membeli sebelumnya. Umumnya kebanyakan trader maupun investor mempunyai asalan target profit tersebut masih belum sesuai. Tidak heran jika sahamnya akan dibiarkan mengambang di chart begitu saja.
Terdapat juga kebalikan dari istilah tersebut adalah floating loss. Dalam hal ini keduanya sebenarnya sama-sama berupa keuntungan dan kerugian hanya saja belum terealisasikan. Jika sudah, maka investor tentu menjual saham yang mereka miliki.
Contoh Floating Market
Setelah mengetahui pengertiannya di atas, sebagian dari Anda mungkin masih belum bisa memahaminya. Oleh sebab itu, pastikan mempelajarinya berdasarkan contohnya juga. Misalnya saat membeli saham sebuah perusahaan dengan jumlah 10 lot yakni setara dengan 1.000 lembar.
Adapun harga sahamnya sekitar Rp 3.000/lembarnya. Selama Anda menyimpan sahamnya ternyata terdapat kenaikan menjadi Rp 3.500/lembar. Tentu saja hal tersebut menjadikan pemiliknya memperoleh keuntungan senilai Rp 500 per lembar. Akan tetapi tetap memilih untuk menyimpan saham tersebut.
Keputusan tersebutlah yang bernama floating profit. Yakni sebuah keadaan dimana seorang investor sudah memperoleh keuntungan akan tetapi mereka tidak mendapatkan untung secara materiil karena lebih memilih untuk tidak menjualnya.
Pengertian Floating Profit dan Cara Menghadapinya
Biasanya, saat mengalami keadaan floating profit para investor akan terburu-buru melakukan penjualan. Adapun alasannya secara umum adalah karena khawatir harganya mengalami penurunan. Akan tetapi, pada dasarnya terdapat beberapa hal yang bisa Anda lakukan dalam keadaan tersebut.
Seperti menjual sebagian saham saat itu. Kemudian jual setengahnya lagi pada hari perdagangan selanjutnya. Usahakan untuk tetap menahan saham agar nantinya Anda benar-benar memperoleh profit secara maksimal dari sebelumnya.
Tentu hal ini sangat cocok untuk investasi dalam jangka panjang. Oleh sebab itu, usahakan berpikir matang sebelum bertindak. Tidak perlu juga terburu-buru dan gegabah dalam melakukan penjualan saham tersebut karena perlu melakukan analisa dengan baik terlebih dahulu.
Pengertian Floating Loss
Floating loss merupakan keadaan dimana seorang investor masih belum melakukan penjualan saham mereka walaupun harganya anjlok atau mengalami penurunan. Pada dasarnya, kondisi tersebut memang sangatlah wajar serta masih dalam keadaan aman karena kerugian hanya bersifat sementara.
Dengan begitu, apabila Anda mendapati kondisi tersebut maka tidak perlu khawatir. Pasalnya, biasanya pada rentang waktu 5-10 tahun yang akan datang harga produk investasi saham tersebut bisa mengalami peningkatan cukup pesat.
Tidak heran jika sebenarnya kerugian sementara yang terjadi akibat floating loss tersebut tidak terlalu berimbas kepada para investor. Berbeda apabila melakukan investasi jangka pendek maka bisa saja mempengaruhi keuntungan investasi sehingga perlu berhati-hati.
Contoh Floating Loss
Apabila Anda masih bingung dalam memahami pengertian floating profit, maka tidak perlu khawatir. Pasalnya, masih bisa mempelajarinya melalui contohnya. Seperti ketika seorang investor membeli saham dengan harga Rp 2.000 per lembar sebanyak 1.000 lembar.
Kemudian harga saham tersebut ternyata mengalami penurunan menjadi Rp 1.500 per lembar setelah sudah membelinya. Hal ini tentunya akan menyebabkan investor tersebut mengalami kerugian sebesar Rp 500 per lembarnya. Dengan begitu hanya tinggal mengalikan jumlah lembar saham yang dimiliki.
Sedangkan investor sendiri masih yakin bahwa saham perusahaan tersebut akan mengalami kenaikan harga di kemudian hari (rebound). Hal ini menyebabkan ia tidak segera melakukan cut loss sahamnya sehingga kondisi tersebut bernama floating loss.
Kapan Floating Loss Bisa Terjadi?
Pahami terlebih dahulu bahwa umumnya floating loss dapat terjadi ketika harga pasar anjlok. Dengan begitu, portofolio investasi Anda tentu juga akan mengalami kerugian. Hanya saja hal ini masih bersifat sementara. Pasalnya, perlu diingat juga bahwa kerugian tersebut dapat rebound.
Oleh sebab itu, tidak perlu khawatir apabila Anda mengalami keadaan tersebut. Pasalnya, tidak ada yang salah apabila tetap mempertahankan sahamnya sehingga tidak melakukan cut loss. Agar nantinya terhindar dari resiko kerugian. Terlebih jika harga saham di waktu lain sudah mengalami kenaikan.
Hanya saja dalam hal ini sangat penting bagi Anda untuk menghindari adanya floating loss ketika berinvestasi tersebut. Terutama saat masih sebagai seorang pemula dalam dunia satu ini. Belum lagi dengan harga pasar yang umumnya akan selalu berubah-ubah.
Cara Menghindari Floating Loss Ketika Investasi
Pada dasarnya, keadaan floating loss sangat wajar terjadi. Tidak heran jika secara sistem seorang investor tidak dapat menghindarinya. Terlebih hal ini akan berkaitan langsung dengan harga pasar yang tidak selalu tetap. Untuk mengantisipasinya, maka simak beberapa langkah selengkapnya di bawah ini:
1.     Membaca Laporan Keuangan Saham
Sangat penting bagi Anda untuk membaca laporan keuangan sebelum memutuskan untuk membeli saham. Oleh sebab itu, jangan sampai melakukannya secara terburu-buru. Pasalnya, hal tersebut tentu bisa menimbulkan kerugian ataupun resiko tersendiri.
Cek seperti apa laporan keuangan sahamnya agar nantinya Anda bisa mengetahui performa perusahaan terutama dalam menjalankan usahanya. Untuk itu, pastikan membacanya secara teliti. Baik itu dalam hal utang, modal, penjualan, maupun laba/keuntungannya.
2.     Beli Saat Harga Rendah
Apabila Anda berencana untuk berinvestasi, maka usahakan untuk membeli saham saat harganya cukup rendah. Baik itu dalam hal investasi jangka panjang maupun pendek. Oleh sebab itu, pastikan menemukan momen terbaik saat melihat pasar.
Agar nantinya bisa menjual saham tersebut kembali saat harganya sedang melonjak tinggi. Tentu saja akan mendapatkan keuntungan dari selisih harga beli sebelumnya. Akan tetapi sangat penting untuk tetap berinvestasi secara bijak dan tepat.
3.     Beli di Bidang Usaha yang Naik
Anda juga bisa memutuskan untuk membeli saham yang bidang usahanya mengalami kenaikan. Dalam hal ini berarti beli saham dari industri tertentu dengan keadaan ekonominya bagus sehingga mampu bertahan dalam berbagai kondisi apapun. Seperti Covid-19 sekalipun.
Kemudian apabila Anda sudah menentukan bidang/industrinya tentu sangat penting untuk tetap memilihnya berdasarkan PBV atau Price to Book Value. Dalam hal ini pastikan mensortir perusahaan yang mempunyai PBV kecil tetapi asetnya cukup banyak.
4.     Memasang Target Profit
Kemudian Anda juga perlu memasang target profit. Seperti sekitar 20% dari modal pertamanya. Pasalnya, kemungkinan terjadinya floating loss ini sendiri bisa jadi datang kapan saja. Dengan begitu, investor dapat melakukan cut loss ketika kondisi pasarnya sudah menampilkan ciri-ciri bahwa perlu menjual saham.
Apabila Anda masih dalam keadaan ragu, maka tidak perlu khawatir. Pasalnya hal ini bisa saja teratasi dengan penerapan stop loss secara otomatis. Tentu saja cara tersebut masih mampu mengendalikan kerugian agar tidak terlalu banyak.
Itu tadi informasi dari rumahteknologi mengenai pengertian floating profit yang bisa Anda ketahui. Setelah memahaminya, maka tentu saja akan lebih paham mengenai seluk beluk dunia saham dan kapan waktu paling tepat untuk memutuskan melakukan penjualan atau pembelian sesuai kebutuhan.