Site icon Rumah Teknologi

jelaskan tujuan penulisan kronik oleh para musafir dan pendeta

RUMAHTEKNOLOGI.COM – Berikut ini Rumah Teknologi akan memberikan Jawaban Mengenai Pertanyaan di bawah ini, semoga dapat memberikan manfaat, dan digunakan sebagai referensi pengetahuan

Artikel kali ini akan memberi contoh “jelaskan tujuan penulisan kronik oleh para musafir dan pendeta”

Jawaban ini dapat dijadikan sebagai referensi dan membantu tugas kalian.

tujuan dibuatnya artikel ini adalah untuk memudahkan anda dalam menemukan jawaban yang telah ada

setiap jawaban yang akan dibahas ini tidak bersifat mutlak benar dan teman-teman bisa secara mandiri mencari jawabannya agar bisa lebih eksplor dengan jawabannya.

Dilansir berdasar berbagai sumber, Berikut adalah contoh “jelaskan tujuan penulisan kronik oleh para musafir dan pendeta”

Menulis sejarah sangat penting untuk dilakukan karena dapat menjadi bahan pembelajaran bagi masyarakat saat ini. Dalam penulisan sejarah, tujuan penulisan kronik oleh para pendeta dan musafir adalah untuk:

– Pendeta: mengembangkan dan menyebarkan agama.

– Traveler: menggambarkan keindahan alam dan keramahan masyarakat sekitar.

Sejarah adalah salah satu bentuk cabang ilmu sosial yang mempelajari peristiwa yang terjadi di masa lalu. Untuk dapat mengetahui suatu peristiwa yang terjadi pada masa lampau, maka ahli sejarah akan melakukan penelitian sejarah. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam melakukan penelitian sejarah adalah dengan menulis kronik.

Penulisan kronik sejarah dilakukan dengan mengumpulkan data-data terkait dimana data tersebut akan menjadi sumber sejarah yang disusun berdasarkan waktu kejadiannya. Para musafir dan juga para pendeta mulai menulis catatan peristiwa. Secara garis besar, tujuan penulisan kronik para pendeta dan musafir adalah untuk menggambarkan setiap peristiwa, adat istiadat, dan juga perkembangan agama yang ada di daerah yang dikunjungi oleh pendeta atau musafir tersebut.

Penjelasan atas pertanyaan yang menjelaskan tujuan penulisan Tawarikh oleh musafir dan pendeta memang tidak sama dengan penjelasan di buku pelajaran.

Karena bersumber dari berbagai sumber pengetahuan umum yang kemudian dirangkum agar mudah dipahami.

Meski berasal dari berbagai sumber, namun isinya tetap sesuai dengan pedoman yang ditentukan kurikulum.

Sehingga siswa tetap dapat menggunakannya untuk membantu memahami materi terkait.

Dengan begitu, siswa dapat memanfaatkan penjelasan untuk pertanyaan yang menjelaskan tujuan penulisan kronik oleh musafir dan pendeta dalam artikel ini sebagai sarana latihan.

Sehingga nantinya mereka terbiasa menjawab soal-soal seperti ini pada uji kompetensi.

Harapannya agar siswa dapat memperoleh hasil yang lebih baik dan mampu melewati standar yang telah ditetapkan oleh kurikulum. ***

Dalam ilmu sejarah dikenal istilah kronologi, kronik, dan sinkronis. Ketiganya terkait dengan waktu dalam penyusunan dan pencatatan sejarah.
Kronologi adalah ilmu membantu untuk menentukan waktu terjadinya suatu peristiwa dan tempat yang tepat dari peristiwa berdasarkan urutan waktu. Konsep kronologi penting bagi ilmu sejarah karena menggambarkan proses sejarah.

Tujuan kronologi adalah untuk menghindari anakronisme, yaitu kerancuan waktu dalam sejarah, sebagaimana dikutip dari Pengantar Ilmu Sosial oleh Syafrizal dkk.

Oleh karena itu, kronologi disusun berdasarkan waktu peristiwa sejarah. Contohnya adalah hari terjadinya pengeboman di Hiroshima dan Nagasaki, atau tahun proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Konsep kronologis di atas memungkinkan peristiwa sejarah di masa lampau dapat direkonstruksi secara tepat berdasarkan urutan terjadinya. Konsep kronologi juga membantu manusia untuk melihat keterkaitan antara peristiwa sejarah yang terjadi di suatu tempat dengan peristiwa sejarah di belahan dunia lain.

Sedangkan kronik adalah catatan peristiwa sejarah berdasarkan urutan waktu yang dibuat oleh sastrawan, penyair, dan filosof pada zaman tertentu dan dijadikan dasar penelitian sejarah.

Tawarikh berguna untuk menelusuri kebenaran fakta yang terjadi pada waktu tertentu berdasarkan tulisan, catatan, dan cerita yang pernah terjadi, serta mengambil pelajaran darinya. Contohnya adalah intrik politik dalam kerajaan, keberhasilan raja dalam mensejahterakan warganya, dan bukan menjajah.

Sinkronisitas adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan peristiwa sejarah dan cara mengkaji atau mempelajari pola, gejala, dan ciri-ciri peristiwa sejarah pada waktu tertentu.

Cara berpikir sinkronis dalam mempelajari sejarah meluas dalam ruang dan terbatas dalam waktu. Contohnya adalah sinkronis menggambarkan keadaan perekonomian Indonesia dengan menganalisis struktur dan fungsi perekonomian hanya dalam keadaan tertentu dan pada waktu tertentu.

Ciri-ciri konsep berpikir sinkronis dalam mempelajari sejarah adalah mempelajari peristiwa sejarah pada waktu tertentu, menekankan pada kajian pola, kajian, dan karakter, tidak memiliki konsep komparatif, kajian lebih sempit, sangat sistematis, dan mendalam.***

Exit mobile version