RUMAHTEKNOLOGI.COM – Berikut ini Rumah Teknologi akan memberikan Jawaban Mengenai Pertanyaan di bawah ini, semoga dapat memberikan manfaat, dan digunakan sebagai referensi pengetahuan
Artikel kali ini akan memberi contoh “pemindahan ibukota kesultanan dari demak ke pajang dilakukan oleh”
Jawaban ini dapat dijadikan sebagai referensi dan membantu tugas kalian.
tujuan dibuatnya artikel ini adalah untuk memudahkan anda dalam menemukan jawaban yang telah ada
setiap jawaban yang akan dibahas ini tidak bersifat mutlak benar dan teman-teman bisa secara mandiri mencari jawabannya agar bisa lebih eksplor dengan jawabannya.
Dilansir berdasar berbagai sumber, Berikut adalah contoh “pemindahan ibukota kesultanan dari demak ke pajang dilakukan oleh”
Kerajaan Demak merupakan kerajaan tertua di pulau jawa dan terkenal dalam sejarah nusantara islam nusantara. Dalam perjalanan politik kerajaan, ibu kota kerajaan pernah dipindahkan dari Demak ke Pajang.
Kerajaan Islam berbasis maritim ini mewarisi kerajaan yang terletak di perbatasan Desa Pajang, Kota Surakarta dan Desa Makamhaji, Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Kerajaan tersebut dikenal dengan nama Kerajaan Pajang.
Sejarah Kerajaan Demak
Kerajaan Demak berdiri pada tahun 1478 di bawah kekuasaan Raden Patah. Raden Patah yang bergelar Sultan Alam Akhbar al Fatah mencoba mengajak orang Jawa yang saat itu mayoritas beragama Hindu-Buddha untuk memeluk Islam.
Dikutip dari buku History of Indonesia in the Islamic Period karya Ricu Sidiq dkk, Raden Patah sebenarnya adalah Pangeran Jimbun, putra Brawijaya V yang merupakan raja terakhir Kerajaan Majapahit. Pada akhir abad ke-15 Majapahit mengalami kemunduran. Hal ini membuka peluang bagi Kerajaan Demak untuk berkembang menjadi pusat perdagangan.
Proses islamisasi di wilayah Demak menuai sukses berkat bantuan para ulama Wali Songo. Hingga akhirnya Demak menjadi pusat penyebaran Islam di Jawa dan wilayah timur Nusantara.
Daerah kekuasaan Raden Patah pada waktu itu meliputi daerah Demak, Semarang, Tegal, Jepara dan sekitarnya. Ia cukup berpengaruh di daerah Palembang dan Jambi di Sumatera, serta beberapa daerah di Kalimantan. Raden Patah memperkuat armadanya dan menjadikan Demak sebagai negara bahari yang kuat.
Kekuatan inilah yang mendorong Kerajaan Demak menyerang Portugis yang saat itu sedang menduduki Malaka. Namun strategi yang dirancang oleh Raden Patah gagal. Perjuangan itu kemudian dilanjutkan oleh putranya, Adipati Unus atau Pangeran Sabrang Lor.
Adipati Unus hanya memerintah selama tiga tahun. Dia meninggal muda dan dikenal sebagai panglima perang pemberani. Tahta kemudian digantikan oleh adiknya, Sultan Trenggono. Di bawah kekuasaan Sultan Trenggono inilah Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaannya.
Sultan Trenggono wafat saat penyerangan ke Pasuruan pada tahun 1546. Sepeninggalnya, Kerajaan Demak mengalami kemunduran. Konflik untuk kekuasaan dimulai. Putra sulung Sultan Trenggono, Sunan Prawoto, berusaha merebut hak Pangeran Sekar Seda Lepen, saudara Sultan Trenggono yang seharusnya menjadi raja.
Sunan Prawoto dikalahkan oleh Arya Penangsang yang tak lain adalah putra Pangeran Sekar Seda Lepen. Namun, Arya Penangsang terlibat perkelahian dengan Jaka Tingkir, menantu Sultan Trenggono. Akhirnya, Arya Penangsang tewas dalam perebutan tahta.
Pemindahan Pusat Kerajaan Demak ke Pajang
Kerajaan kemudian jatuh ke tangan Jaka Tingkir yang kemudian bergelar Sultan Hadiwijaya. Dikutip dari buku Kerajaan Islam di Jawa karya Alik Al Adhim, keberhasilan Sultan Hadiwijaya mengalahkan Arya Penangsang didukung oleh Ratu Kalinyamat dan para pengikutnya.
Di bawah pemerintahan Sultan Hadiwijaya, pusat kerajaan juga dipindahkan. Pemindahan ibu kota kerajaan dari Demak ke Pajang dilakukan oleh Sultan Hadiwijaya pada tahun 1568. Awalnya, kerajaan Pajang hanya memiliki sebagian wilayah di Jawa Tengah. Sultan Hadiwijaya kemudian melebarkan sayap ke Madiun, Blora dan Kediri.***