apa maksud beriman kepada allah melalui kitab suci jelaskan

RUMAHTEKNOLOGI.COM – Berikut ini Rumah Teknologi akan memberikan Jawaban Mengenai Pertanyaan di bawah ini, semoga dapat memberikan manfaat, dan digunakan sebagai referensi pengetahuan

Artikel kali ini akan memberi contoh “apa maksud beriman kepada allah melalui kitab suci jelaskan”

Jawaban ini dapat dijadikan sebagai referensi dan membantu tugas kalian.

tujuan dibuatnya artikel ini adalah untuk memudahkan anda dalam menemukan jawaban yang telah ada

setiap jawaban yang akan dibahas ini tidak bersifat mutlak benar dan teman-teman bisa secara mandiri mencari jawabannya agar bisa lebih eksplor dengan jawabannya.

Dilansir berdasar berbagai sumber, Berikut adalah contoh “apa maksud beriman kepada allah melalui kitab suci jelaskan”

Umat Islam tentunya sudah mengenal rukun iman. Nah rukun iman yang pertama adalah iman kepada Allah. Terkait rukun iman juga sudah dijelaskan dalam firman Allah SWT di dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 177 yang berbunyi:
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا ۖ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

Artinya: “Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

Rukun iman merupakan pokok-pokok kepercayaan dalam Islam yang harus dikerjakan orang yang beriman dan dituangkan dalam diri melalui tiga tahap, seperti yang dilansir dari buku Rukun Iman oleh Hudarrohman.

Tiga tahap itu di antaranya iman diyakini dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diamalkan dengan aggota badan.

BACA JUGA:  Apa peran anggota bpupki dalam perumusan dasar negara

Mengutip dari buku Rukun Iman Islam dan Ihsan karya Agus Setiyanto, pengertian iman kepada Allah SWT adalah mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah itu ada (wujud). Artinya, setiap muslim wajib mempercayai-Nya walaupun belum pernah melihat wujud-Nya, mendengar suara-Nya, bahkan menyentuh-Nya.

Untuk mempercayai tentang keberadaan Allah, wajib bagi setiap hamba-Nya mengenal sifat wajib yang dimiliki-Nya. Adapun sifat-sifat wajib bagi Allah yang wajib kita imani adalah sebagai berikut.

Sifat-sifat Wajib bagi Allah

1. Wujud (Ada)

Bukti keberadaan Allah ditandai dengan keberadaan hasil penciptaan-Nya, yaitu alam semesta dan seisinya. Sebagaimana Allah pernah berfirman dalam surat Ar Rum ayat 8:

أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ ۗ مَا خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى ۗ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ

Artinya: “Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.”

2. Qidam (Terdahulu)

Allah sudah ada sebelum adanya yang lain. Artinya Dia juga tidak berawal dari ketiadaan seperti yang termaktub dalam surat Al Hadid ayat 3:

هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Artinya: “Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”

3. Baqo (Kekal)

Sesungguhnya Allah itu kekal keberadaannya dan tidak terkena waktu. Sebab waktu adalah ciptaan-Nya. Sifat ini juga dijelaskan dalam surat Ar Rahman ayat 27:

وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

Artinya: ” Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.”

4. Mukholafatu Lil Hawaditsi (Berbeda dengan ciptaan-Nya)

Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah tidaklah serupa dengan-Nya baik Dzat, sifat, maupun perbuatan-Nya yang dijelaskan dalam QS. Asy-Syura ayat 11:

فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الْأَنْعَامِ أَزْوَاجًا ۖ يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ ۚ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

BACA JUGA:  struktur teks laporan hasil observasi

Artinya: “(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.”

5. Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri dengan sendiri-Nya)

Allah tidak memerlukan apa pun dari makhluk-Nya dan tidak memerlukan tempat. Sebab Allah Maha Kaya atas segala sesuatu. Sesuai firman Allah QS. Al Ankabut ayat 6:

وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

Artinya: “Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”

6. Wahdaniyat (Esa)

Tidak ada bagi Allah pasangan, tandingan-Nya, menyerupai-Nya, dan Allah tidak beranak maupun diperanakkan. Hal ini secara gamblang difirmankan dalam surat Al Ikhlas ayat 1:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

Artinya: “Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa.”

7. Qudrah (Berkuasa)

Surat An Nur ayat 45 juga menjelaskan bahwa Allah SWT berkuasa atas segala sesuatu yang telah menciptakan langit dan bumi.

وَاللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَابَّةٍ مِنْ مَاءٍ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ بَطْنِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ رِجْلَيْنِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ أَرْبَعٍ ۚ يَخْلُقُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Artinya: “Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

8. Irodah (Berkehendak)

Segala sesuatu akan terjadi atas kehendak Allah, begitu pun sebaliknya. Bila Dia tidak berkehendak maka tidak akan terjadi. Sebagaimana dalam QS An Nahl ayat 40 yang berbunyi:

إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَا أَرَدْنَاهُ أَنْ نَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

Artinya: ” Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “kun (jadilah)”, maka jadilah ia.”

BACA JUGA:  Berapa hasil dari operasi 3 pangkat 6

9. Ilmu (Maha Mengetahui)

Ilmu Allah meliputi segala sesuatu dan tidaklah apa-apa yang di langit dan di bumi tersembunyi bagi-Nya. Disebutkan dalam surat At Thalaq ayat 12:

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا

Artinya: “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.”

10. Hayat (Maha Hidup)

Allah Maha Hidup dan hidup-Nya tidak sama dengan makhluk. Allah juga tidak membutuhkan perantara untuk hidup yang bersifat kekal. Seperti yang dijelaskan dalam QS Al Furqon ayat 58:

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ ۚ وَكَفَىٰ بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا

Artinya: “Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.”

11. Sama’ wal Bashar (Maha Mendengar dan Maha Melihat)

Allah Maha Mendengar atas segala sesuatu yang tersembunyi maupun yang tampak. Pun Maha Melihat atas segala sesuatu walaupun semut hitam berjalan di atas batu hitam pada kegelapan malam. Allah tidak membutuhkan mata dan telinga seperti makhluk-Nya.

Sebagaimana firman Allah dalamn QS Thaha ayat 46 yang berbunyi:

قَالَ لَا تَخَافَا ۖ إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَىٰ

Artinya: “Allah berfirman: “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat”.”

12. Kalam (Berfirman)

Bila makhluk ciptaan-Nya membutuhkan mulut, bibir, dan lisan untuk berbicara, Allah SWT tidak membutuhkan demikan. Sebagaimana dalam surat Al A’raf ayat 143:

وَلَمَّا جَاءَ مُوسَىٰ لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ

Artinya: “Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya,…”