Berikut ini Rumah Teknologi akan memberikan Jawaban Mengenai Pertanyaan di bawah ini, semoga dapat memberikan manfaat, dan digunakan sebagai referensi pengetahuan.
Artikel kali ini akan membahas “perkembangan perhimpunan indonesia menjadi organisasi politik terutama merupakan hasil usaha”
Jawaban ini dapat dijadikan sebagai referensi dan membantu tugas kalian.
Tujuan dibuatnya artikel ini adalah untuk memudahkan anda dalam menemuka jawaban yang telah ada.
Setiap jawaban yang akan dibahas ini tidak bersifat mutlak benar dan teman-teman bisa secara mandiri mencari jawabannya agar bisa lebih eksplor dengan jawabannya.
Dilansir berdasar berbagai sumber, Berikut penjelasan dari perkembangan perhimpunan indonesia menjadi organisasi politik terutama merupakan hasil usaha
Indische Vereeniging atau Association of Indians adalah organisasi pelajar dan mahasiswa India di Belanda yang didirikan pada tahun 1908.
Indische Vereeniging lahir atas prakarsa Soetan Kasajangan Soripada dan R.M. Noto Soeroto yang tujuan utamanya adalah memberikan tarian dan pidato.
Sejak Cipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) bergabung pada 1913, mereka mulai memikirkan masa depan Indonesia. Mereka mulai menyadari betapa pentingnya organisasi bagi bangsa Indonesia. Vereening ini telah memasuki arena politik. Pada saat itu juga Vereeniging menerbitkan buletin berjudul Indies Poetera, tetapi sama sekali tidak memuat tulisan politik.
Perhimpunan Indonesia
Pertemuan Perhimpunan Indonesia, dijadwalkan di Leiden, ca. 1924-1927
Awalnya ide nama Indonesisch (Indonesia) diperkenalkan sebagai pengganti indisch (Indie) oleh Prof. Cornelis van Vollenhoven (1917). Akibatnya, inlander (pribumi) diganti dengan indonesiër (orang Indonesia)[1] (Lihat: Sejarah Nama Indonesia).
Pada bulan September 1922, pada masa pergantian kepemimpinan antara Dr. Soetomo dan Herman Kartawisastra organisasi ini berganti nama menjadi Indonesische Vereeniging. Saat itu istilah “Indonesian” dan kata sifat “Indonesian” sudah umum digunakan oleh penggagas politik etis. Anggota Indonesia juga sepakat menerbitkan ulang majalah Indigo Poetra dengan Mohammad Hatta sebagai keeper. Majalah itu dua bulanan, dengan 16 halaman dan berlangganan 2,5 gulden per tahun. Penerbitan ulang Hindi Poetra menjadi sarana penyebaran ide-ide anti-kolonial. Dalam 2 edisi pertama, Hatta menyumbangkan tulisan yang mengkritisi praktik persewaan lahan untuk industri gula Hindia Belanda yang merugikan petani.[2]
Ketika Iwa Koesoemasoemantri menjadi presiden pada tahun 1923, Indonesische mulai menyebarkan gagasan non-kooperasi yang berarti memperjuangkan kemerdekaan tanpa bekerjasama dengan Belanda. Pada tahun 1924, ketika M. Nazir Datuk Pamoentjak menjadi presiden, nama majalah Hindi Poetra berubah menjadi Indonesia Merdeka. Pada tahun 1925, saat Soekiman Wirjosandjojo, nama organisasi ini resmi diubah menjadi Persatuan Indonesia (PI).
Hatta paling lama menjabat PI Voorzitter (Presiden), dari awal tahun 1926 sampai tahun 1930, sebelumnya masing-masing presiden hanya menjabat selama satu tahun. Perhimpunan Indonesia kemudian mempromosikan propaganda terencana tentang Perhimpunan Indonesia di luar negeri Belanda.
Tokoh-tokoh lain yang tergabung dalam organisasi ini antara lain: Achmad Soebardjo, Soekiman Wirjosandjojo, Arnold Mononutu, Bapak Dr. Mohamad Nazif, Prof. Sunario Sastrowardoyo, Sastromoeljono, Abdulmadjid Djojoadiningrat, Sutan Sjahrir, Sutomo, Ali Sastroamidjojo, Wreksodiningrat, Soedibjo Wirjowerdojo dll.
Akhir dari organisasi dan dikendalikan oleh komunis
Dipimpin oleh Mohammad Hatta
Kepengurusan Persatuan Indonesia. Gunawan Mangunkusumo, Mohammad Hatta, Iwa Kusumasumantri, Sastro Mulyono and R.M. Penjahit
Pada tahun 1926, Mohammad Hatta diangkat menjadi presiden Indonesia/Indische Vereeniging Association. Di bawah kepemimpinannya, PI menunjukkan perubahan. Perkumpulan ini lebih memperhatikan perkembangan pergerakan nasional di Indonesia dengan banyak memberikan komentar di media massa di Indonesia. Semaun PKI datang ke Hatta sebagai pimpinan PI untuk menawarkan PI kepemimpinan pergerakan nasional secara luas. Stalin menolak keinginan Semaun dan sebelumnya Hatta tidak terlalu percaya pada PKI.
Pada masa kepemimpinannya, majalah PI yaitu Indonesia Merdeka disita oleh polisi, sehingga majalah ini diselundupkan.
Kesimpulan
Perkembangan perhimpunan Indonesia menjadi organisasi poitik, merupakan hasil usaha dari perhimpunan mahasiswa Indonesia di Belanda. 1908 didirikanya organisasi perhimpunan mahasiswa Indoensia di Belanda (Indische Vereniging).***