RUMAHTEKNOLOGI.COM – Berikut ini Rumah Teknologi akan memberikan Jawaban Mengenai Pertanyaan di bawah ini, semoga dapat memberikan manfaat, dan digunakan sebagai referensi pengetahuan.
Artikel kali ini akan membahas “diantara bentuk pengamalan dari keyakinan terhadap al alim adalah”
Jawaban ini dapat dijadikan sebagai referensi dan membantu tugas kalian.
Tujuan dibuatnya artikel ini adalah untuk memudahkan anda dalam menemuka jawaban yang telah ada.
Setiap jawaban yang akan dibahas ini tidak bersifat mutlak benar dan teman-teman bisa secara mandiri mencari jawabannya agar bisa lebih eksplor dengan jawabannya.
Dilansir berdasar berbagai sumber, Berikut penjelasan dari “diantara bentuk pengamalan dari keyakinan terhadap al alim adalah”
Makna Al-Alim
Al-Alim termasuk ke dalam salah satu nama-nama terbaik Allah yang dikenal dengan asmaul husna. Sa’id bin Musfir Al-Qahthani dalam Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Jailani menerangkan bahwa asma-Nya ini membuktikan bahwa Dialah Dzat Ilahiyah (ketuhanan), serta tak ada lagi yang bisa menandingi-Nya. Sehingga nama-nama-Nya ini hanya berlaku bagi Allah.
Kepemilikan asmaul husna dinyatakan Allah dalam Surah Thaha ayat 8.
اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ لَهُ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى
Arab Latin: Allāhu lā ilāha illā huw, lahul-asmā`ul-husnā
Artinya: Allah tidak ada tuhan selain Dia. Milik-Nyalah nama-nama yang terbaik
Adapun definisi al-Alim secara bahasa, dalam buku Terapi Mencerdaskan Hati oleh Muhammad Syafie el-Bantanie, berasal dari kata ‘ilm atau ‘alima, artinya sesuatu yang demikian jelas.
Al-Alim dalam asmaul husna adalah Allah SWT yang Maha Mengetahui segala sesuatu, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi, atau mengetahui apa-apa yang sudah terjadi maupun yang belum terjadi.
Pengetahuan Allah tak bisa disamakan dengan manusia, sebab ilmu-Nya begitu luas serta tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Sementara pengetahuan manusia ada batasnya, yakni hanya bisa dijangkau oleh panca indra. Sebagaimana dalam Surah Al-An’am ayat 59:
وَعِنْدَهٗ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ اِلَّا هُوَۗ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِۗ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَّرَقَةٍ اِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِيْ ظُلُمٰتِ الْاَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَّلَا يَابِسٍ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
Arab Latin: Wa ‘indahụ mafātihul-gaibi lā ya’lamuhā illā huw, wa ya’lamu mā fil-barri wal-bahr, wa mā tasqudu miw waraqatin illā ya’lamuhā wa lā habbatin fī dulumātil-ardi wa lā radbiw wa lā yābisin illā fī kitābim mubīn
Artinya: Kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahuinya selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan (tertulis) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).
Dalam Surah Luqman ayat 34, Dia juga menegaskan mengenai pengetahuan yang dimiliki-Nya, tidak dimiliki oleh makhluk lain.
اِنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗ عِلْمُ السَّاعَةِۚ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَرْحَامِۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًاۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌۢ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya: Sesungguhnya Allah memiliki pengetahuan tentang hari Kiamat, menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dia kerjakan besok. (Begitu pula,) tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.
Meneladani Al-Alim
Cara manusia meneladani asmaul husna al-Alim dalam buku Terapi Mencerdaskan Hati, adalah dengan rajin menuntut ilmu. Dengan mencari ilmu, hamba Allah SWT bisa menunjukkan bahwa dirinya mencintai sang khaliq.
Juga dapat membuktikan bahwa dirinya ingin selalu dekat dengan Allah. Yang mana dalam melaksanakan perintah-Nya, seorang hamba mesti memerlukan ilmu pengetahuan, agar mampu mengerjakannya perintah-perintah itu sesuai aturan dan ketentuan yang diterapkan dalam ajaran Islam.
Dikatakan pula bahwa dengan ilmu, seseorang muslim memiliki derajat yang mulia. Sesuai firman Allah dalam Surah Al-Mujadalah ayat 11:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.