adakah kesamaan cara hidup suku bangsa baduy dengan suku bangsamu

Berikut ini Rumah Teknologi akan memberikan Jawaban Mengenai Pertanyaan di bawah ini, semoga dapat memberikan manfaat, dan digunakan sebagai referensi pengetahuan.

Artikel kali ini akan membahas “adakah kesamaan cara hidup suku bangsa baduy dengan suku bangsamu”

Jawaban ini dapat dijadikan sebagai referensi dan membantu tugas kalian.

Tujuan dibuatnya artikel ini adalah untuk memudahkan anda dalam menemuka jawaban yang telah ada.

Setiap jawaban yang akan dibahas ini tidak bersifat mutlak benar dan teman-teman bisa secara mandiri mencari jawabannya agar bisa lebih eksplor dengan jawabannya.

Dilansir berdasar berbagai sumber, Berikut penjelasan dari “adakah kesamaan cara hidup suku bangsa baduy dengan suku bangsamu”

Suku Badui

Orang Baduy, juga dikenal sebagai Badui Sunda (Baduin: Urang Kanékés, Urang Cibéo, [a] atau kadang sering disebut Baduy, kadang salah eja menjadi Baduy) adalah sekelompok masyarakat adat Sunda di Kabupaten Lebak Dalam Negeri, Provinsi Banten. Populasi mereka sekitar 26.000, mereka adalah sekelompok orang yang mengasingkan diri dari dunia luar. Selain itu, mereka juga memiliki kepercayaan yang tabu untuk didokumentasikan, khususnya warga Badui Dalam.

Baduy adalah sub-suku Sunda, mereka dianggap sebagai orang Sunda yang belum terpengaruh oleh modernisasi atau hampir sepenuhnya terisolasi dari dunia luar.

Orang Badui menolak istilah “wisata” atau “pariwisata” untuk menggambarkan desa mereka. Sejak tahun 2007, untuk menggambarkan daerahnya dan untuk menjaga kesakralannya, masyarakat Badui memperkenalkan istilah “Budaya Badui Saba” yang berarti “Koleksi Budaya Badui”.

Etimologi

Sebutan “Badui” merupakan sebutan yang diberikan oleh orang luar kepada kelompok masyarakat ini, berasal dari nama peneliti Belanda yang seolah menyamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat nomaden. Kemungkinan lain karena adanya sungai Badui dan gunung Badui di bagian utara daerah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut dirinya Urang Kanekes atau “Orang Kanekes” sesuai dengan nama daerahnya, atau sebutan yang mengacu pada nama desa mereka seperti Urang Cibeo (Garna, 1993).

BACA JUGA:  Strategi Sukses dalam Magang Industri: Panduan Praktis untuk Mahasiswa

Wilayah

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, ejaan yang benar adalah “Badui”, bukan “Baduy”
Suku Baduy tinggal di wilayah Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Pemukiman terkonsentrasi di DAS Ciujung yang masuk dalam Kawasan Cagar Budaya Pegunungan Kendeng. Kanekes secara geografis terletak pada koordinat 6°27’27” – 6°30’0″ LS dan 108°3’9″ – 106°4’55” BT (Permana, 2001). Mereka tinggal persis di kaki Pegunungan Kendeng, sekitar 40 km dari Kota Rangkasbitung. Daerah yang merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng dengan ketinggian 300 – 600m di atas permukaan laut (DPL) ini memiliki topografi berbukit dan bergelombang dengan kemiringan rata-rata 45%, yang merupakan tanah vulkanik (utara), tanah sedimen (tengah) dan tanah campuran. (selatan). suhu rata-rata adalah 20 °C.[rujukan?]

Tiga desa utama Kanekes Dalam adalah Cikeusik, Cikertawana dan Cibeo.

Bahasa

Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Sunda, dialek Badui. Untuk berkomunikasi dengan orang asing mereka fasih berbahasa Indonesia, meski tidak mempelajarinya di sekolah. Masyarakat Kanekes Dalam tidak mengenal budaya tulis, sehingga adat istiadat, kepercayaan/agama dan cerita leluhur hanya dihafalkan dalam tuturan lisan.

Orang Kanekes tidak mengenal sekolah, karena pendidikan formal bertentangan dengan adat mereka. Mereka menolak usulan pemerintah untuk membangun fasilitas sekolah di desa mereka. Bahkan hingga saat ini, meski sejak era Soeharto pemerintah berusaha memaksa mereka mengubah gaya hidup dan membangun fasilitas pendidikan modern di daerahnya, namun upaya pemerintah tersebut tetap ditolak oleh masyarakat Kanekes. Namun, Kanekes memiliki cara belajar dan mengembangkan wawasannya sendiri sehingga sepadan dengan orang-orang di luar suku Baduy.

Kesimpulan

Iya, terdapat KESAMAAN cara hidup antara suku Baduy dengan suku bangsa saya yakni sama-sama menjadikan sektor pertanian sebagai pekerjaan yang paling banyak digeluti masyarakat. Meski begitu, tentu pertanian yang dilakukan oleh suku Baduy jauh lebih tradisional dari sistem pertanian yang ada di desa saya.***