Gawat! Inilah Dampak yang Terjadi Jika Dosen Hanya Melakukan Kegiatan Pengabdian Masyarakat Ala Kadarnya

Gawat! Inilah Dampak yang Terjadi Jika Dosen Hanya Melakukan Kegiatan Pengabdian Masyarakat Ala Kadarnya

Gawat! Inilah Dampak yang Terjadi Jika Dosen Hanya Melakukan Kegiatan Pengabdian Masyarakat Ala Kadarnya

Perguruan tinggi di Indonesia memiliki tiga kewajiban utama dalam praktik kerjanya, yang dikenal sebagai “Tri Dharma Perguruan Tinggi”. Salah satu dari pilar ini adalah pengabdian kepada masyarakat.

Pengabdian masyarakat merupakan upaya yang penting untuk menjembatani dunia akademik dengan masyarakat di sekitarnya, sehingga lingkungan universitas dapat lebih terhubung dengan kebutuhan nyata masyarakat.

Namun, dalam praktiknya, ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam melaksanakan pengabdian masyarakat di perguruan tinggi.

Beban tugas administratif yang menumpuk, tanggung jawab kepanitiaan, dan beban mengajar yang tinggi sering kali membuat dosen kekurangan waktu, termasuk waktu untuk merancang program pengabdian masyarakat yang efektif dan bermanfaat.

Selain itu, terdapat pula kecenderungan bagi beberapa dosen untuk melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat hanya sebagai formalitas semata, sekadar untuk memenuhi kewajiban dan mendapatkan insentif yang diberikan oleh pemerintah.

Hal ini dapat mengakibatkan kegiatan pengabdian masyarakat menjadi sekadar “ticking the box” yang dilakukan secara ala kadarnya tanpa mencapai dampak yang signifikan bagi masyarakat.

Dampak yang Mungkin Muncul dari Situasi Ini

1. Satu Arah sehingga Terjebak Formalitas

Bentuk-bentuk pengabdian masyarakat yang banyak dilakukan di Indonesia saat ini cenderung mengikuti pendekatan “top down” atau dari atas ke bawah.

BACA JUGA:  CEK SYARAT DAN KETENTUAN PENGANKATAN TENAGA KESEHATAN HONORER MENJADI ASN

Artinya, adanya aturan atau perintah dari pemerintah pusat yang kemudian diturunkan kepada para dosen di perguruan tinggi. Salah satu contohnya adalah memberikan materi dalam seminar atau lokakarya sebagai bentuk pengabdian masyarakat.

Namun, pendekatan ini memiliki risiko menjadi sekadar formalitas belaka. Studi tentang pengabdian masyarakat di berbagai negara menunjukkan bahwa ketika pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat hanya mengikuti aturan tanpa mempertimbangkan kebutuhan nyata masyarakat, maka tidak akan ada kelanjutan dan dampak konkret yang dihasilkan.

2. Tidak Tepat Sasaran

Salah satu risiko yang muncul adalah ketidaktepatan dalam menentukan sasaran kegiatan pengabdian masyarakat. Beberapa studi menunjukkan bahwa ketika kegiatan pengabdian hanya didasarkan pada keinginan atau latar keilmuan dosen, bukan pada kebutuhan nyata masyarakat, maka kegiatan tersebut tidak akan memberikan manfaat yang maksimal.

Selain itu, karena keterbatasan waktu dan tuntutan kewajiban lainnya, para dosen sering kali hanya memilih beberapa individu sebagai perwakilan dari suatu komunitas, tanpa mewakili kebutuhan dan aspirasi masyarakat secara keseluruhan.

3. Rentan Arogansi

Pada beberapa kasus, pelaksanaan pengabdian masyarakat yang dilakukan secara terburu-buru dapat menimbulkan sikap arogan dari pihak dosen. Sikap tersebut mencerminkan pandangan bahwa dosen menganggap dirinya lebih tinggi dan lebih berpengetahuan dibandingkan dengan masyarakat yang menjadi sasaran pengabdian.

Kegiatan pengabdian yang kurang dipersiapkan dengan baik juga dapat mengabaikan pengetahuan dan kemampuan otodidak yang dimiliki oleh masyarakat sasaran.

Hal ini dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi psikologis masyarakat, bahkan dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan kesalahpahaman antara akademisi dengan masyarakat yang ingin dibantu.

Mengatasi Tantangan dan Mencapai Dampak Positif

Untuk mengoptimalkan kegiatan pengabdian masyarakat di perguruan tinggi Indonesia, diperlukan beberapa upaya yang dapat dilakukan:

BACA JUGA:  Tujuan Umum dan Tujuan Khusus Pengabdian Masyarakat

1. Pendekatan Partisipatif dan Berkelanjutan

Kegiatan pengabdian masyarakatharus melibatkan pihak-pihak terkait secara aktif, termasuk masyarakat yang menjadi sasaran pengabdian.

Pendekatan partisipatif ini memungkinkan identifikasi yang lebih baik terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat sehingga program pengabdian dapat dirancang dengan lebih tepat sasaran.

Selain itu, penting untuk memastikan kelanjutan kegiatan pengabdian melalui keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program.

2. Pendekatan Berbasis Masalah

Program pengabdian masyarakat harus didasarkan pada pemahaman mendalam tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat sasaran.

Para dosen perlu melakukan penelitian partisipatif untuk mengidentifikasi masalah utama yang membutuhkan perhatian dan solusi. Dengan cara ini, kegiatan pengabdian akan lebih relevan dan dapat memberikan dampak yang positif.

3. Peningkatan Kapasitas

Perguruan tinggi perlu memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para dosen dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat yang efektif.

Pelatihan ini dapat meliputi keterampilan manajemen proyek, komunikasi, negosiasi, dan pemahaman tentang isu-isu sosial dan budaya yang relevan.

Dengan meningkatkan kapasitas dosen, mereka akan lebih siap dalam menghadapi tantangan dan menghasilkan dampak yang positif melalui kegiatan pengabdian.

4. Pengakuan dan Insentif yang Mendorong

Perguruan tinggi dan pemerintah harus memberikan pengakuan yang jelas terhadap kegiatan pengabdian masyarakat yang berkualitas.

Selain itu, insentif yang memadai seperti penghargaan, peningkatan karir, dan dukungan finansial perlu diberikan kepada para dosen yang aktif dalam melaksanakan kegiatan pengabdian yang memiliki dampak nyata. Hal ini akan mendorong dosen untuk secara aktif terlibat dalam pengabdian masyarakat.

5. Kolaborasi Antar Perguruan Tinggi dan Pihak Eksternal

Kerjasama antar perguruan tinggi dan dengan pihak eksternal seperti pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor bisnis dapat memperluas jangkauan dan dampak kegiatan pengabdian masyarakat.

BACA JUGA:  Inilah 10 Pertimbangan Penting dalam Memilih Peluang Magang yang Menarik dan Bermanfaat

Kolaborasi ini dapat memperkaya pengetahuan dan pengalaman, serta memfasilitasi pemenuhan kebutuhan masyarakat secara komprehensif.

6. Evaluasi dan Pembelajaran

Penting untuk melakukan evaluasi secara berkala terhadap kegiatan pengabdian masyarakat guna mengukur dampaknya terhadap masyarakat sasaran.

Evaluasi ini dapat dilakukan melalui pengumpulan data, umpan balik dari masyarakat, dan analisis hasil yang dicapai. Hasil evaluasi harus digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengembangkan program pengabdian di masa mendatang.

Dengan mengimplementasikan langkah-langkah ini, diharapkan kegiatan pengabdian masyarakat di perguruan tinggi Indonesia dapat menjadi lebih efektif, relevan, dan memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat.